Hijrah mengingatkan bahwa manusia itu makhluk dinamis dan bukan statis

Manusia adalah makhluk bergerak sebagaimana makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Itu makanya diberi kaki untuk berjalan, berlari dan melompat. Gunanya untuk memenuhi kebutuhannya.

Secara syar'i bahwa hijrah diartikan pindah secara tempat dan adat (kebiasaan).

Secara tempat maksudnya pindah dari tempat maksiat menuju tempat kepada tempat yang bermanfaat (kebaikan).

Secara adat maksudnya pindah dari kebodohan kepada kecerdasan dalam berbagai aspek kehidupan.

Sederhananya, pindah dari maksiat kepada taubat (kembali kepada jalan Tuhan).

Secara history bahwa hijrah dilihat bagaimana nabi dan para sahabat melakukan kepindahan dari makkah atas perintah Allah dan membangun peradaban di Madinah.

Dengan demikian, makna hijrah secara luas mengingatkan kepada manusia bahwa dirinya adalah makhluk dinamis dan bukan statis. Apalagi tantangan di akhir zaman ini semakin besar dan rumit.

Sebagai orang beragama, terutama muslim bahwa menghadapi dan menjawab tantangan dan persoalan harus disikapi secara bijak dan cerdas. 

Hijrah bukan  sekadar mengganti pakaian dan menjadi rajin beribadah saja. Tetapi lebih dari itu harus mau dan mampu mengejar ketertinggalan dan bersaing dalam berbagai aspek terutama ekonomi, pendidikan dan politik.

Padahal kedua aspek ini secara history, nabi telah mencontohkan bagaimana ketika beliau hijrah mengadakan piagam Madinah sebagai langkah politik dan membangun masjid sebagai usaha dan upaya membangun peradaban dan perekonomian ummat.

Hayo, hijrahkan cara pandang dan bersikap dari statis lagi pesimis kepada dinamis yang penuh optimis. Wallahu a'lam bissowaab.

Al-Quran ditujukan semua golongan tanpa kecuali

Al-Quran merupakan petunjuk dan pedoman hidup manusia. Sehingga harapannya menjadi manusia yang adil dan beradab.

Sebab, bila manusia tidak diberi petunjuk maka kehidupan dunia ini rusak dan binasa sebelum waktunya. Karena di dalam diri manusia ada sifat baik dan buruknya. Bila tidak dikendalikan dan diatur dengan baik maka kecenderungan buruk lebih dominan daripada yang baik.

Jadi, Al-Quran itu siapa saja berhak memahami dan mengamalkannya. Dan tentunya yang mau adalah yang mengimaninya. Begitupun, ada juga yang mengikuti Al-Quran tetapi ilmunya saja yang diambilnya tetapi imannya tidak.

Maka, sikap manusia terhadap Al-Quran itu ada 3;
1. Mengimani, memahami dan mengamalkan Al-Quran sepenuhnya
2. Mengimani, memahami dan mengamalkan Al-Quran setengahnya
3. Memahami dan mengamalkan Al-Quran tetapi tidak diimaninya

Tentunya, dari 3 sikap tersebut yang terbaik adalah point pertama, yaitu mengimani, memahami dan mengamalkan Al-Quran sepenuhnya. Sehingga cita-cita berkehidupan adil dan makmur benar-benar tewujud dan terasa.

Kalau ditanya sekarang ini bagaimana orang mensikapi Al-Quran maka jawabannya lebih banyak di point 2 dan 3. Untuk point 1 kemungkinan tidak ada atau sedikit sekali. Ini bisa dibuktikan bagaimana kondisi dunia hari ini dan siapa yang mengelolanya. Padahal di dalam Al-Quran sangat terang dan jelas siapa yang berhak menguasai dan mengelola kehidupan dunia ini. Walaahu a`lam bissowab.

Corona atau COVID-19 mengajak bersabar berjama`ah

Soal corona atau COVID-19 yang sedang mewabah hampir di seluruh dunia saat ini, membuat orang-orang meronta dan merana. Karena yang biasa menjadi di luar kebiasaan.

Yang biasanya bekerja menjadi meronta karena corona, yang biasanya berkumpul menjadi merana karena corona, Yang biasanya berkeliaran menjadi rumah aja karena corona. Sebab corona mengharuskan orang-orang menjaga jarak, memakai masker dan biasakan mencuci tangan.

Sebagai orang beragama, menyikapi situasi ini hanyalah dengan sabar dan shalat. Meskipun shalat berjama`ah dibatasi tetapi masing-masing orang masih bisa shalat meski di rumah aja. Kalaupun di masjid harus dipastikan dirinya tidak menularkan dan ditularkan.

Oleh karena itu, nampaknya corona ini mengajak orang untuk bersabar berjama`ah yang mungkin selama ini orang itu bersabar sesuai dengan masalahnya masing-masing. apakah masalah keuangan, masalah penghasilan, dan masalah-masalahnya secara munfarid (sendiri-sendiri) maka melalui corona agaknya "memaksa" orang-orang bersabar berjama`ah dengan hubungan dan kegiatan secara terbatas yang bagi tidak terbiasa pastilah menjadi luar biasa.

Barangkali inilah sisi "kebaikan" dari corona bagi yang mau berfikir positif. Dan bagi yang tidak mau, ya silahkan. Itu haknya. Bahwa kebaikan corona adalah mengajak orang bersabar berjama`ah sampai waktunya berakhir. Bagaikan aroma buang angin, pastilah tidak selamanya baunya di sekitar orang yang membuangnya kecuali berulang-ulang.

Tidak ada yang sia-sia di dunia ini yang Tuhan ciptakan. Meskipun corona buatan orang, tetapi pastilah Tuhan mengizinkannya. Supaya manusia mau mengambil pelajaran terhadap yang baik dan yang buruk sekalipun. Dan yang hanya mau mengambil pelajaran hanyalah orang yang memiliki akal sehat.

Semoga corona ini segera berlalu dan telah mengajari manusia bagaimana akibat buruk yang diperbuatnya bila melakukan kerusakan di bumi Tuhan ini. walaahu a`lam bissowab

Hijrah mengingatkan bahwa manusia itu makhluk dinamis dan bukan statis

Manusia adalah makhluk bergerak sebagaimana makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Itu makanya diberi kaki untuk berjalan, berlari dan melompat. Gun...