HIKMAH DIBALIK “PEMBAKARAN” NABI IBRAHIM AS

Mukjizat (Arab معجزة, Baca Mu'jizah) adalah perkara di luar kebiasaan yang dilakukan oleh Allah melalui para nabi dan rasul-Nya untuk membuktikan kebenaran kenabian dan keabsahan risalahnya.

Dalam hal ini ketika nabi Ibrahim as dibakar oleh kaumnya maka secara tidak normal beliau tidak terbakar sedikipun. Malah terkesan kedinginan setelah dibakar. Dan ini satu mu`jizat beliau menghadapi kaum yang menentangnya. Harapannya adalah dengan kejadian tersebut maka kaumnya menjadi percaya bahwa beliau adalah utusan Tuhan dan ucapannya itu benar dari Tuhannya.

"Hikmah pembakaran Nabi Ibrahim as. disamping membuktikan beliau itu memang benar-benar utusan Allah, juga menjelaskan kepanikan kaumnya yang musyrik setelah tidak mampu lagi mendebat argumen Nabi Ibrahim as. soal kebenaran Tuhan dan kesalahan berhala. Untuk menutupi ketidakmampuan itu maka panik dan ditangkap dan dibakarlah nabi Ibrahim as. dengan harapan tidak ada lagi yang berani mendebat mereka. Namun yang terjadi justru penampakan kebenaran dari kebenaran."

Tetapi tidak sedikit pula kaumnya malah menganggap bahwa beliau memiliki ilmu sihir sehingga wajar saja kebal dibakar. Dan akibatnya semakin tidak percaya bahwa beliau itu utusan Tuhan.

Begitulah bermacam-macam manusia menyikapi sesuatu. Ada yang percaya dan ada yang tidak percaya. Ada yang percaya kepada kebenaran dan ada yang percaya kepada kebatilan. Dan ada juga yang tidak percaya kepada kebenaran dan ada yang tidak percaya kepada kebatilan. Memang sudah begitu adanya, sejak nabi Adam as. diciptakan Tuhan sebagai manusia pertama.

Kembali kepada judul tentang hikmah pembakaran Nabi Ibrahim as setelah peristiwa hancurnya patung berhala kaumnya yang musyrik dan akitbatnya ditudukan kepada Nabi Ibrahim as yang sebenarnya memang beliau yang melakukannya yang tujuannya adalah sebagai upaya menguji akal sehat kaumnya yang tidak menerima dakwahnya bahwa tidak ada gunanya menyembah patung berhala yang tidak mendatangkan manfaat dan mudharat sedikitpun. Kisah ini diterangkan begitu rinci dalam Surah Al-Anbiya ayat 51-72

Hikmah pembakaran Nabi Ibrahim as. disamping membuktikan beliau itu memang benar-benar utusan Allah, juga menjelaskan kepanikan kaumnya yang musyrik setelah tidak mampu lagi mendebat argumen Nabi Ibrahim as. soal kebenaran Tuhan dan kesalahan berhala. Untuk menutupi ketidakmampuan itu maka panik dan ditangkap dan dibakarlah nabi Ibrahim as. dengan harapan tidak ada lagi yang berani mendebat mereka. Namun yang terjadi justru penampakan kebenaran dari kebenaran.

Begitulah kalau orang yang bila kalah berdebat pada argumennya maka ia beralih kepada sentimen orang yang didebatnya. Dan ini ciri orang yang curang dalam berdebat. Supaya harga dirinya tetap bernilai.

Maka tidak perlu kaget setelah mengetahui apa sebenar hikmah dibalik pembakaran Nabi Ibrahim as. Sebenarnya apa yang dialami oleh para Nabi dan Rasul lainnyapun merasakan hal yang sama. Nabi Muhammad saw. berapa kali mengalami percobaan pembunuhan oleh orang-orang kafir Quraisy namun usaha mereka gagal membungkam kebenaran rasulNya.

Mungkin inilah yang diisyaratkan oleh Allah swt. tentang “kecurangan” orang-orang yang kalah debat kebenaran sebagaimana tersebut di dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 6-7;
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.  

Perbanyak berfikir dan berzikir maka kesabaran semakin teruji.Wallahu `alam

Kejahatan Bermodus Kebaikan Tidak Lebih Buruk Daripada Kebaikan Bermodus Kejahatan

Kejahatan dan kebaikan merupakan dua rival abadi sejak peristiwa Nabi adam as. dan Iblis. Sampai kelak kehidupan dunia ini berakhir (kiamat kubro). Dari dua hal ini pula sebagai tolok ukur dimana tempat bagi yang melakukan kejahatan dan kebaikan. Apakah di neraka atau di surga.

Oleh karena itu, Allah gambarkan kehidupan dunia ini hanyalah permainan. Sehingga Jin dan Manusia dipersilahkan Allah untuk berkompetisi. Bila menang maka surgalah balasannya. Dan bila kalah maka nerakalah balasannya. Kuncinya ada pada kebaikan dan keburukan. Ukurannya adalah patuh tidak kepada Aturan Allah melalui Perintah dan laranganNya. Maka muncullah disitu kompetisi antara keimanan dan kekufuran.

Lalu Soal kali adalah Bagaimana jadinya bila suatu kejahatan bermodus kebaikan ? dan bagaimana pula jadinya bila suatu kebaikan bermodus keburukan ? Mengapa bisa demikian ?

"Ironinya, pada hari-hari ini kelompok ini sangat banyak dan nyata. Sasarannya adalah masyarakat awam. Dan ini biasanya dilakukan oleh bukan orang-orang bodoh dan yang kurang ilmu. Tetapi justru dilakoni oleh orang-orang yang berlebih ilmunya. Dan perbuatan ini sebenarnya lebih merusak dan sistematis. Maka jangan kaget bahwa sumber dari kebodohan di zaman jahiliyah sebelum hadirnya Islam itu adalah para pemuka agama dan orang-orang yang berilmu pengetahuan." 

Sesungguhnya antara kebaikan yang mewakili kebenaran dengan kejahatan yang mewakili kebatilan tidak bisa bersatu. Keduanya seperti terpisah jauh seperti langit dan bumi, siang dan malam, dan seterusnya yang intinya adalah saling berlawanan. Maka bila keduanya bersatu maka muncullah kalimat di atas, yaitu kebaikan bermodus kejahatan dan kejahatan bermodus kebaikan.

Semestinya kebaikan bermodus kebaikan dan kejahatan bermodus kejahatan. Itu pakemnya. Jelas. Tidak samar-samar.

Dalam contoh kasus, bila ditanya alasan atau modus perbuatannya kepada seorang pencuri maka pastilah jawabannya umumnya untuk kebutuhan sehari-hari atau lagi membutuhkan biaya-biaya yang memaksakan dirinya untuk berbuat demikian. Dan banyak lagi contoh kasus lainnya. Maka inilah yang disebut dengan kejahatan bermodus kebaikan. Dan ini bisa kita cerna mengapa bisa terjadi demikian.

Namun bagaimana pula dengan kebaikan bermodus kejahatan ? Apa memang ada ? kalau kita melihat di dalam Al-Quran, kelompok ini di alamatkan kepada pemuka agama yang mencampurkan antara yang haq dengan bathil, menghalalkan yang haram atau sebaliknya, menyembunyikan kebenaran dan seterusnya. Sehingga kejahatan dibungkus secara rapi sehingga bungkusannya terlihatan kebaikan. Padahal di dalamnya penuh dengan kejahatan.

Ironinya, pada hari-hari ini kelompok ini sangat banyak dan nyata. Sasarannya adalah masyarakat awam. Dan ini biasanya dilakukan oleh bukan orang-orang bodoh dan yang kurang ilmu. Tetapi justru dilakoni oleh orang-orang yang berlebih ilmunya. Dan perbuatan ini sebenarnya lebih merusak dan sistematis. Maka jangan kaget bahwa sumber dari kebodohan di zaman jahiliyah sebelum hadirnya Islam itu adalah para pemuka agama dan orang-orang yang berilmu pengetahuan.

Artikel ini bukanlah untuk menyerang para pemuka agama dan orang yang berilmu pengetahuan. Tetapi Al-Quran mengingatkan begitu. Supaya janganlah mempermainkan kebenaran bermodus kebatilan. Kalau ingin harta, tahta dan wanita maka laluilah dengan jalur dan cara yang benar. Sesungguhnya Harta, tahta dan wanita itu merupakan alat untuk beramal. Memperolehnyapun dengan cara yang halal lagi baik adalah bentuk bentuk beramal juga.

Semestinya ini disadari betul oleh pihak yang dimaksud. Kerusakan yang fatal lagi sistematis bukanlah dilakukan oleh kebodohan masyarakat awam, tetapi justru dari para pemuka agama dan orang yang berilmu pengetahuan yang curang dan culas. Dan ini sudah dibuktikan pada masa-masa terdahulu. Al-Quran yang membuktikan.Wallaahu a`lam

Supaya tidak "GAPAH", pelajarilah Islam dari Sejarahnya dan itu ada di Al-Quran

Al-Quran merupakan petunjuk manusia dan yang hanya meyakini sepenuhnya sebagai petunjuk adalah orang-orang yang bertakwa 2:2

Al-Quran merupakan sumber ilmu pengetahuan dunia dan akhirat. Yang berkaitan dengan dunia banyak sekali. Mulai dari sejarah, sains, teknologi dan seterusnya. Apalagi yang berkaitan dengan akhirat tidak kalah banyak.

Manusia menjadi tahu apa itu bumi, bulan, bintang dan seterusnya dari Al-Quran. Sehingga kebenarannya diuji melalui penelitian dan disiplin ilmu. Begitupula dengan surga, meskipun manusia yang hidup di dunia ini belum ke akhirat tetapi dengan penjelasan Al-Quran, menjadi tahu dan bisa membayangkan bahwa tempat itu sangat indah dan nyaman (sebaik-baik tempat). Begitulah kesempurnaan Al-Quran dibandingkan dengan kitab-kitab Tuhan lainnya bahwa isinya lebih luas dan penulis berkeyakinan bahwa apa yang dikatakan Tuhan tentang Kitab Lauh Mahfudz itu duplikatnya adalah Al-Quran yang diterima Nabi saw. (Bagi yang yakin)

Kembali ke topik artikel bahwa mempelajari Islam hendaknya dari sejarahnya supaya tidak Gagal Paham dan itu ada di Al-Quran. Adapun kitab-kitab sejarah bikinan manusia merupakan uraian dari sejarah pokok yang tercantum di Al-Quran dengan tambahan al-Hadits dan faktor pendukung lainnya sebagai pembuktian kebenaran sejarah dalam Al-Quran.

"Hendaklah pelajari dan pahami Islam dari sejarahnya agar Tidak terjebak pada fanatisme mazhab atau aliran tertentu. Sehingga tau asbabun nuzul dan dasar hukumnya. Kemudian Bisa dan mampu menangkap dan menyikapi terhadap yang sedang dan telah terjadi pada hari-hari ini bahwa peristiwa ini pernah ada sebelumnya. Barangkali tokoh dan tempatnya saja yang berbeda. Tetapi corak dan motifnya sama.

Kalau kita jeli melihat bahwa sebagai perbekalan dakwah Nabi saw., beliau selalu diingatkan oleh Tuhan dalam kitabNya bahwa peristiwa dan kelakuan ummatnya sudah ada dan pernah ada. Lihat saja bagaimana kisah Nabi Adam as. dan Iblis, peristiwanya telah berlalu. Kemudian kisah-kisah para Nabi dan rasul sebelumnya dijelaskan untuk dijadikan pelajaran agar Nabi tidak "terkejut" dan mengetahui bagaimana menyikapi dan menghadapi ummatnya selama berdakwah dan tantangannya.

Adapun peristiwa yang terjadi dengan beliau tidak begitu banyak porsinya dibandingkan dengan kisah-kisah terdahulu (sejarah).

Sejarah bukan sekadar mengetahui tempat, tokoh dan waktu peristiwanya. Tetapi lebih kepada mengambil hikmah-hikmah di dalamnya.

Yang ingin penulis katakan bahwa sebagai manusia terutama yang mengaku beriman, hendaklah pelajari dan pahami Islam dari sejarahnya agar;
1. Tidak terjebak pada fanatisme mazhab atau aliran tertentu. Sehingga tau asbabun nuzul dan dasar hukumnya,
2. Bisa dan mampu menangkap dan menyikapi terhadap yang sedang dan telah terjadi pada hari-hari ini bahwa peristiwa ini pernah ada sebelumnya. Barangkali tokoh dan tempatnya saja yang berbeda. Tetapi corak dan motifnya sama.

Dalam urusan sejarah, memang tidak banyak mampu dan mau menelusurinya. Bukan penulis ahli sejarah, paling tidak sedikit demi sedikit mengetahui dan terus mencoba menelusuri terhadap apa yang sedang dan telah terjadi dalam perspektif (pandangan) sejarah. Dan menurut penulis, nabi saw. keberhasilan beliau dalam berdakwah dikarenakan adanya pendekatan sejarah. Lihat saja dari surah ke surah, pasti ada sejarah di dalamnya.

Akhirnya penulis menyarankan agar ummat mau dan bersemangat membaca dan menelusuri sejarahnya (Islam). Dengan demikian mengetahui dan mengerti mengapa hari-hari ini ummat Islam kelihatan "mundur". Bahkan seperti yang pernah diucapkan nabi bahwa ummatnya seperti buih di tengah lautan dan menjadi santapan bagi orang-orang. Seakan-akan ummat ini "bodoh". Taunya hanya sekadar zikir-zikir lisani dan qolbi.

Padahal zikir akal fikiran juga sangat penting. Agar tidak terjebak kepada hal-hal dan kondisi merasa dalam beragama padahal sebetulnya tanpa sadar sudah jauh melenceng dari agama, ditambah pula dalam urusan duniawi sangat tertinggal dari ummat yang lain. Padahal di dalam Al-Quran, ada istilah "fastabiqul khayrat". Celakanya kalimat ini hanya dipahami sebatas Zakat, Infak sedekah. Namun kenyataannya masih banyak yang miskin dan bodoh. Wallaahu `alam.

DUNIA MERUPAKAN LADANG AMAL, PANENNYA DI AKHIRAT

Allah berfirman;
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ ﴿٥٧: ٢٠﴾
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang sedikit lagi menipu. (Al-Hadiid: 20)

Apabila ingin melihat gambaran kehidupan dunia, maka bacalah surah Al-Hadid ayat 20.
1. Kehidupan dunia ini hanyalah pemainan dan suatu yang melalaikan
2. Perhiasan dan bermegah-megah antara manusia
3. Berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak
4. Berproses
5. Kesenangan yang sedikit lagi menipu

"Bekerja dan beribadah merupakan dua perkara penting yang mesti ada setiap manusia agar tidak lalai bagi yang kafir dan tidak bermalas-malasan bagi yang beriman serta tidak stress bagi yang tidak kafir, berimanpun tidak. Maksudnya setengah kafir dan setengah beriman (gak jelas)."

Gambaran kehidupan dunia ini bertujuan sebagai peringatan bagi orang kafir dan kabar gembira bagi orang yang beriman.

  1. Peringatan bagi orang yang kafir supaya tidak melupakan kehidupan akhiratnya. Barangkali selama ini sibuk urusan dunia sehingga ia lalai dengan urusan akhirat. Akibatnya ia menghalalkan berbagai cara untuk memenuhi syahwat duniawinya. Punya harta diperoleh dengan cara tidak halal. Adapun memiliki harta yang halal tetapi tidak digunakannya untuk urusan akhirat, seperti enggan berzakat, berinfak, bersedekah, berhaji, berumrah dan berqurban. Begitupula punya anak, tidak ada upaya mendidik agama dan seterusnya.
  2. Berita gembira bagi orang yang beriman adalah mereka bekerja tuntas dan beribadah berkualitas. Mereka sadar bahwa kesenangan dunia hanya sebenatar dan menipu. Mereka menjadikan kehidupan dunia sebagai ladang amal untuk dipanen di akhirat. Mencari harta yang halal dengan cara yang halal. Banyak harta digunakan untuk urusan akhirat. Punya anak, disiapkan untuk investasi akhirat dengan menjadikan anak yang shaleh.

Inilah hikmah yang terkandung di dalam Quran Surah Al-Hadid 20 bahwa bekerja dan beribadah merupakan dua perkara penting yang mesti ada setiap manusia agar tidak lalai bagi yang kafir dan tidak bermalas-malasan bagi yang beriman serta tidak stress bagi yang tidak kafir, berimanpun tidak. Maksudnya setengah kafir dan setengah beriman (gak jelas).

Bagi orang yang cerdas (memiliki iman dan amal shaleh) maka bekerja dan beribadah merupakan kunci sukses yang nyata meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak semu sebagaimana kesuksesan orang yang tidak beriman hanya di dunia tetapi merugi di akhirat.

Maka tidak ada alasan lalai dan bermalas-malasan selama hidup di dunia, kecuali bagi orang-orang yang tidak memiliki akal sehat. Wallaahu a`lam

Bermanusia seperti nabi dan rasul Allah

Nabi dan rasul Allah bukan sekadar menunjukkan jalan yang lurus kepada ummat yang bengkok. Tetapi kehidupan mereka merupakan "standar ideal" sebagai manusia hamba Allah.

Rata-rata kehadiran nabi dan rasul Allah itu untuk menjawab "kegalauan" ummat yang kehilangan arah kehidupannya. Akibatnya kerusakan-kerusakan terjadi dalam berbagai aspek. Apakah aspek keyakinan, sosial, politik dan ekonomi.

Dalam praktiknya, manusia mengikuti nabi itu ada dua model;
1. Model mengikuti nabi secara mentah tanpa pikiran dan pertimbangan. Sehingga penampilannya persis tetapi kok terkesan jauh dari kepribadian nabi itu sendiri.

2. Model mengikuti nabi secara substansi (nilai) kepribadiannya, yaitu sikap dan usahanya. Meskipun secara penampilan juga diambil sebahagian besar secara kepatutan.""

"Poinnya adalah menjalani hidup tidaklah sulit. Lihatlah kehidupan nabi Muhammad saw. Kesabarannya, kesyukurannya dan ketawakkalannya merupakan kesuksesan dakwahnya. Artinya bagi manusia biasa seperti kita ini bahwa hidup ini bersikap dan berdakwah.Minimal dakwah diri dan keluarga. Dan dakwah bukan hanya milik "segelintir orang" saja. Makanya dakwah itu ada dua cara, yaitu dakwah bi lisan (ucapan) dan dakwah bi hal (sikap)."

Dari keduanya, maka idealnya adalah poin 2 (dua) yang semestinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan supaya tidak membingungkan, lihat saja para sahabatnya setelah nabi Muhammad kembali kepada Allah swt. melalui prestasi-prestasinya upaya melanjutkan peradaban Islam (manusia).

1. Abu Bakar ra. memerangi orang-orang murtad dan enggan membayar zakat setelah diadakan perundingan dan berakhir gagal runding. Membasmi nabi palsu sebagai upaya menjaga aqidah, menghimpun Al-Quran atas usulan Umar ra. dan melakukan ekspansi (penyebaran Islam) di luar arab.

2. Umar bin khattab ra. membangun inftrastruktur, baitul mal, ekspansi dan membuat kalender hijriyah
3. Utsman bin Affan ra. membuat kapal perang, ekspansi dan membukukan Al-Quran
4. Ali bin Abu Thalib ra. bermunculan penyusunan ilmu pengetahuan dan bahasa dan seterusnya.
5. Peradaban dilanjutkan pada masa kerajaan Islam (Dinasti Umayyah, Abbasiyah, Ayyubiyah dan seterusnya) semakin terbentuk dan semakin tumbuh ilmu pengetahuan umum dan agama berkat dukungan khalifah dan kegigihan para ilmuwan dan ulama.

Begitulah para sahabat "menterjemahkan" perjuangan dan kepribadian Nabi Muhammad saw. Selain sebagai utusan Allah membawa risalahNya juga sebagai model "standar manusia"

Poinnya adalah menjalani hidup tidaklah sulit. Lihatlah kehidupan nabi Muhammad saw. Kesabarannya, kesyukurannya dan ketawakkalannya merupakan kesuksesan dakwahnya. Artinya bagi manusia biasa seperti kita ini bahwa hidup ini bersikap dan berdakwah.Minimal dakwah diri dan keluarga. Dan dakwah bukan hanya milik "segelintir orang" saja. Makanya dakwah itu ada dua cara, yaitu dakwah bi lisan (ucapan) dan dakwah bi hal (sikap).

Dakwah bukan hanya di atas mimbar saja. Tetapi berdakwahlah sesuai aktivitas masing-masing. Bila sebagai pedagang maka kejujuran dan jangan curang. begitupula sebagai karyawan dan pegawai maka disiplin dan tanggung jawab. apalagi sebagai guru, sudah pasti sebagai suri tauladan yang baik. Apalagi tantangan hari-hari ini semakin menantang. Diperlukan keberanian dan kebersamaan untuk mengadapi dan berupaya menyelamatkan ummat dan bangsa. Wallaahu `alam

Inilah alasan mengapa manusia "lebih durhaka" daripada IBLIS

Iblis terusir dari surga disebabkan karena kedurhakaannya terhadap perintah Tuhan untuk "bersujud" kepada Adam as. Sedangkan Adam as. terusir dari surga disebabkan karena kedurhakaannya terhadap larangan Tuhan mendekati Pohon yang dilarang. Bahkan dengan tidak merasa bersalah memakan buahnya.

Memang di dalam kitabNya bahwa Iblis menerima pengusiran Tuhan dan bukannya meminta ampun malah memohon izin supaya diberi kebebasan menyesatkan keturunan Adam as. sampai hari kiamat untuk menemaninya di neraka di akhirat. Sampai disini merupakan dalil bahwa Iblis dendam kepada Adam as. dan keturunannya.

Sementara Adam as. mungkin "merasa" dimuliakan Allah dengan mempersilahkan tinggal di surga, padahal sebenarnya Tuhan menetapkannya tinggal di bumiNya sebagai khalifah (penguasa, pengelola). Boleh jadi sebagai "ujian" sebelum turun ke bumiNya dengan mempersilahkan menikmati yang ada di surga dan menetapkan sebuah larangan mendekati pohon. Dan yang terjadi adalah kedurhakaan terhadap larangan Tuhan yang menyebabkan Adam as. terusir dari surga. Dalam hal ini, Adam as. bisa disebut "gagal", karena melanggar larangan Tuhan tetapi bisa disebut "berhasil" karena mampu mengakui kesilapan dan kesalahannya dengan berdoa kepada Tuhan serta bersedia turun ke bumi yang sebetulnya itulah tempat yang dituju Adam as. sebagai khalifah bumi.

"Fokuskan perhatian kepada pelanggaran Perintah Tuhan (Iblis) dan pelanggaran Larangan Tuhan (Adam as.). Dari kedua kasus, mana yang lebih berat ? Memang sama-sama pelanggaran, tetapi bobotnya lebih berat kemana ? Silahkan pikirkan sendiri."

Berbeda dengan menerima pengusirannya tetapi tidak mengakui kekeliruannya dan malah meminta izin menyesatkan manusia sampai akhir zaman. Disitu ada poin "lebih" bagi Adam as. dibandingkan Iblis. Atau bisa saja karena Adam bertugas di bumi sebagai khalifah dan Iblis ingin mendapat bagian tugas di bumi sebagai "penguji" iman manusia dalam bentuk penyesatan dan upaya mendapatkan pengikut dan penemannya di neraka kelak.

Subhanallah, tidak ada yang sia-sia Allah ciptakan dan kuasaNya. Semua kejadian itu tidak sekadar kisah tetapi mengandung sejuta bahkan semilyar makna. Dan kalau boleh jujur, kisah Iblis dan Adam as. masih akan terus bisa diuraikan kebenarannya untuk menjadi pelajaran dan dapat dikaitkan dengan yang terjadi hari-hari ini dan seterusnya. Maka bila sudah mendapat hikmah/pelajarannya maka orang itu tidak begitu kaget dengan apa yang sedang dan telah terjadi. Karena sudah diberitakan Tuhan dalam kitabNya.

Kembali kepada judul diatas bahwa mengapa manusia "lebih durhaka" daripada Iblis yang mewakili dari golongan JIN ?

Kalau dilihat secara teks, memang Iblis seakan "kurang ajar" ketimbang Adam as. Bila Iblis enggan mengakui kesalahannya berupa pelanggaran perintah Tuhan dan malah minta izin menyesatkan manusia, sedangkan Adam as. mengakui kesalahannya berupa pelanggaran larangan Tuhan dengan berdoa kepada Tuhan.

Fokuskan perhatian kepada pelanggaran Perintah Tuhan (Iblis) dan pelanggaran Larangan Tuhan (Adam as.). Dari kedua kasus, mana yang lebih berat ? Memang sama-sama pelanggaran, tetapi bobotnya lebih berat kemana ? Silahkan pikirkan sendiri.

"Kebanyakan manusia itu tidak mengetahui, tidak menyadari tidak mengingat dan tidak mensyukuri. Dan ini banyak sekali ayatnya di dalam Al-Quran. Silahkan cek sendiri.

Akibatnya ketika berada di bumi, manusia mulailah melakukan pelanggaran-pelanggaran yang lebih banyak kepada pelanggaran larangan Tuhan.
1. Pembunuhan pertama oleh salah satu kedua anak Adam as.
2. Ada yang menuduh bahwa Tuhan memiliki anak
3. Ada yang merobah dan menjual agama Tuhan
4. Ada yang mengaku Tuhan
5. Membunuh nabi-nabi
6. Belakangan ada pulak mau berusaha merevisi kitab Tuhan
7. Banyak lagi sebenarnya bentuk "kelebih kurang ajaran" manusia terhadap larangan Tuhan daripada Iblis melakukan kesalahan pelanggaran perintah Tuhan. Itupun cuman sekali. Bahkan dengan hormatnya kepada Tuhan, malah minta izin menyesatkan manusia. Luar biasakan ?

Dengan adanya contoh-contoh di atas yang sebenarnya masih berlangsung sampai hari-hari ini meskipun berbeda tokoh dan bentuk tetapi ada beberapa pelanggaran di atas masih tetap berlangsung sampai akhir zaman. Maka alasannya adalah kebanyakan manusia itu tidak mengetahui, tidak menyadari tidak mengingat dan tidak mensyukuri. Dan ini banyak sekali ayatnya di dalam Al-Quran. Silahkan cek sendiri.

Memang karena ulah Iblis melalui setan-setannya yang menyebabkan manusia itu tersesat. Tetapi manusia itu diberi akal hati, mata, dan pendengaran oleh Tuhan untuk dipergunakan sesuai dengan aturan yang ada mengikuti petunjukNya melalui Al-Quran dan rasulNya. Seharusnya mampu membentengi diri dari godaan dan bujukan setan.

Semoga dengan mengetahui hal ini, kiranya semakin sadar dan bersyukur kepada Allah bahwa manusia itu lebih cenderung melanggar larangan Tuhan, apalagi perintahNya. Wallaahu `alam

Hijrah mengingatkan bahwa manusia itu makhluk dinamis dan bukan statis

Manusia adalah makhluk bergerak sebagaimana makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Itu makanya diberi kaki untuk berjalan, berlari dan melompat. Gun...