Secara syar'i bahwa hijrah diartikan pindah secara tempat dan adat (kebiasaan).
Secara tempat maksudnya pindah dari tempat maksiat menuju tempat kepada tempat yang bermanfaat (kebaikan).
Secara adat maksudnya pindah dari kebodohan kepada kecerdasan dalam berbagai aspek kehidupan.
Sederhananya, pindah dari maksiat kepada taubat (kembali kepada jalan Tuhan).
Secara history bahwa hijrah dilihat bagaimana nabi dan para sahabat melakukan kepindahan dari makkah atas perintah Allah dan membangun peradaban di Madinah.
Dengan demikian, makna hijrah secara luas mengingatkan kepada manusia bahwa dirinya adalah makhluk dinamis dan bukan statis. Apalagi tantangan di akhir zaman ini semakin besar dan rumit.
Sebagai orang beragama, terutama muslim bahwa menghadapi dan menjawab tantangan dan persoalan harus disikapi secara bijak dan cerdas.
Hijrah bukan sekadar mengganti pakaian dan menjadi rajin beribadah saja. Tetapi lebih dari itu harus mau dan mampu mengejar ketertinggalan dan bersaing dalam berbagai aspek terutama ekonomi, pendidikan dan politik.
Padahal kedua aspek ini secara history, nabi telah mencontohkan bagaimana ketika beliau hijrah mengadakan piagam Madinah sebagai langkah politik dan membangun masjid sebagai usaha dan upaya membangun peradaban dan perekonomian ummat.
Hayo, hijrahkan cara pandang dan bersikap dari statis lagi pesimis kepada dinamis yang penuh optimis. Wallahu a'lam bissowaab.
No comments:
Post a Comment