Oleh karena itu, Allah gambarkan kehidupan dunia ini hanyalah permainan. Sehingga Jin dan Manusia dipersilahkan Allah untuk berkompetisi. Bila menang maka surgalah balasannya. Dan bila kalah maka nerakalah balasannya. Kuncinya ada pada kebaikan dan keburukan. Ukurannya adalah patuh tidak kepada Aturan Allah melalui Perintah dan laranganNya. Maka muncullah disitu kompetisi antara keimanan dan kekufuran.
Lalu Soal kali adalah Bagaimana jadinya bila suatu kejahatan bermodus kebaikan ? dan bagaimana pula jadinya bila suatu kebaikan bermodus keburukan ? Mengapa bisa demikian ?
"Ironinya, pada hari-hari ini kelompok ini sangat banyak dan nyata. Sasarannya adalah masyarakat awam. Dan ini biasanya dilakukan oleh bukan orang-orang bodoh dan yang kurang ilmu. Tetapi justru dilakoni oleh orang-orang yang berlebih ilmunya. Dan perbuatan ini sebenarnya lebih merusak dan sistematis. Maka jangan kaget bahwa sumber dari kebodohan di zaman jahiliyah sebelum hadirnya Islam itu adalah para pemuka agama dan orang-orang yang berilmu pengetahuan."
Sesungguhnya antara kebaikan yang mewakili kebenaran dengan kejahatan yang mewakili kebatilan tidak bisa bersatu. Keduanya seperti terpisah jauh seperti langit dan bumi, siang dan malam, dan seterusnya yang intinya adalah saling berlawanan. Maka bila keduanya bersatu maka muncullah kalimat di atas, yaitu kebaikan bermodus kejahatan dan kejahatan bermodus kebaikan.Semestinya kebaikan bermodus kebaikan dan kejahatan bermodus kejahatan. Itu pakemnya. Jelas. Tidak samar-samar.
Dalam contoh kasus, bila ditanya alasan atau modus perbuatannya kepada seorang pencuri maka pastilah jawabannya umumnya untuk kebutuhan sehari-hari atau lagi membutuhkan biaya-biaya yang memaksakan dirinya untuk berbuat demikian. Dan banyak lagi contoh kasus lainnya. Maka inilah yang disebut dengan kejahatan bermodus kebaikan. Dan ini bisa kita cerna mengapa bisa terjadi demikian.
Namun bagaimana pula dengan kebaikan bermodus kejahatan ? Apa memang ada ? kalau kita melihat di dalam Al-Quran, kelompok ini di alamatkan kepada pemuka agama yang mencampurkan antara yang haq dengan bathil, menghalalkan yang haram atau sebaliknya, menyembunyikan kebenaran dan seterusnya. Sehingga kejahatan dibungkus secara rapi sehingga bungkusannya terlihatan kebaikan. Padahal di dalamnya penuh dengan kejahatan.
Ironinya, pada hari-hari ini kelompok ini sangat banyak dan nyata. Sasarannya adalah masyarakat awam. Dan ini biasanya dilakukan oleh bukan orang-orang bodoh dan yang kurang ilmu. Tetapi justru dilakoni oleh orang-orang yang berlebih ilmunya. Dan perbuatan ini sebenarnya lebih merusak dan sistematis. Maka jangan kaget bahwa sumber dari kebodohan di zaman jahiliyah sebelum hadirnya Islam itu adalah para pemuka agama dan orang-orang yang berilmu pengetahuan.
Artikel ini bukanlah untuk menyerang para pemuka agama dan orang yang berilmu pengetahuan. Tetapi Al-Quran mengingatkan begitu. Supaya janganlah mempermainkan kebenaran bermodus kebatilan. Kalau ingin harta, tahta dan wanita maka laluilah dengan jalur dan cara yang benar. Sesungguhnya Harta, tahta dan wanita itu merupakan alat untuk beramal. Memperolehnyapun dengan cara yang halal lagi baik adalah bentuk bentuk beramal juga.
Semestinya ini disadari betul oleh pihak yang dimaksud. Kerusakan yang fatal lagi sistematis bukanlah dilakukan oleh kebodohan masyarakat awam, tetapi justru dari para pemuka agama dan orang yang berilmu pengetahuan yang curang dan culas. Dan ini sudah dibuktikan pada masa-masa terdahulu. Al-Quran yang membuktikan.Wallaahu a`lam
No comments:
Post a Comment