Al-Quran merupakan sumber ilmu pengetahuan dunia dan akhirat. Yang berkaitan dengan dunia banyak sekali. Mulai dari sejarah, sains, teknologi dan seterusnya. Apalagi yang berkaitan dengan akhirat tidak kalah banyak.
Manusia menjadi tahu apa itu bumi, bulan, bintang dan seterusnya dari Al-Quran. Sehingga kebenarannya diuji melalui penelitian dan disiplin ilmu. Begitupula dengan surga, meskipun manusia yang hidup di dunia ini belum ke akhirat tetapi dengan penjelasan Al-Quran, menjadi tahu dan bisa membayangkan bahwa tempat itu sangat indah dan nyaman (sebaik-baik tempat). Begitulah kesempurnaan Al-Quran dibandingkan dengan kitab-kitab Tuhan lainnya bahwa isinya lebih luas dan penulis berkeyakinan bahwa apa yang dikatakan Tuhan tentang Kitab Lauh Mahfudz itu duplikatnya adalah Al-Quran yang diterima Nabi saw. (Bagi yang yakin)
Kembali ke topik artikel bahwa mempelajari Islam hendaknya dari sejarahnya supaya tidak Gagal Paham dan itu ada di Al-Quran. Adapun kitab-kitab sejarah bikinan manusia merupakan uraian dari sejarah pokok yang tercantum di Al-Quran dengan tambahan al-Hadits dan faktor pendukung lainnya sebagai pembuktian kebenaran sejarah dalam Al-Quran.
"Hendaklah pelajari dan pahami Islam dari sejarahnya agar Tidak terjebak pada fanatisme mazhab atau aliran tertentu. Sehingga tau asbabun nuzul dan dasar hukumnya. Kemudian Bisa dan mampu menangkap dan menyikapi terhadap yang sedang dan telah terjadi pada hari-hari ini bahwa peristiwa ini pernah ada sebelumnya. Barangkali tokoh dan tempatnya saja yang berbeda. Tetapi corak dan motifnya sama.
Kalau kita jeli melihat bahwa sebagai perbekalan dakwah Nabi saw., beliau selalu diingatkan oleh Tuhan dalam kitabNya bahwa peristiwa dan kelakuan ummatnya sudah ada dan pernah ada. Lihat saja bagaimana kisah Nabi Adam as. dan Iblis, peristiwanya telah berlalu. Kemudian kisah-kisah para Nabi dan rasul sebelumnya dijelaskan untuk dijadikan pelajaran agar Nabi tidak "terkejut" dan mengetahui bagaimana menyikapi dan menghadapi ummatnya selama berdakwah dan tantangannya.Adapun peristiwa yang terjadi dengan beliau tidak begitu banyak porsinya dibandingkan dengan kisah-kisah terdahulu (sejarah).
Sejarah bukan sekadar mengetahui tempat, tokoh dan waktu peristiwanya. Tetapi lebih kepada mengambil hikmah-hikmah di dalamnya.
Yang ingin penulis katakan bahwa sebagai manusia terutama yang mengaku beriman, hendaklah pelajari dan pahami Islam dari sejarahnya agar;
1. Tidak terjebak pada fanatisme mazhab atau aliran tertentu. Sehingga tau asbabun nuzul dan dasar hukumnya,
2. Bisa dan mampu menangkap dan menyikapi terhadap yang sedang dan telah terjadi pada hari-hari ini bahwa peristiwa ini pernah ada sebelumnya. Barangkali tokoh dan tempatnya saja yang berbeda. Tetapi corak dan motifnya sama.
Dalam urusan sejarah, memang tidak banyak mampu dan mau menelusurinya. Bukan penulis ahli sejarah, paling tidak sedikit demi sedikit mengetahui dan terus mencoba menelusuri terhadap apa yang sedang dan telah terjadi dalam perspektif (pandangan) sejarah. Dan menurut penulis, nabi saw. keberhasilan beliau dalam berdakwah dikarenakan adanya pendekatan sejarah. Lihat saja dari surah ke surah, pasti ada sejarah di dalamnya.
Akhirnya penulis menyarankan agar ummat mau dan bersemangat membaca dan menelusuri sejarahnya (Islam). Dengan demikian mengetahui dan mengerti mengapa hari-hari ini ummat Islam kelihatan "mundur". Bahkan seperti yang pernah diucapkan nabi bahwa ummatnya seperti buih di tengah lautan dan menjadi santapan bagi orang-orang. Seakan-akan ummat ini "bodoh". Taunya hanya sekadar zikir-zikir lisani dan qolbi.
Padahal zikir akal fikiran juga sangat penting. Agar tidak terjebak kepada hal-hal dan kondisi merasa dalam beragama padahal sebetulnya tanpa sadar sudah jauh melenceng dari agama, ditambah pula dalam urusan duniawi sangat tertinggal dari ummat yang lain. Padahal di dalam Al-Quran, ada istilah "fastabiqul khayrat". Celakanya kalimat ini hanya dipahami sebatas Zakat, Infak sedekah. Namun kenyataannya masih banyak yang miskin dan bodoh. Wallaahu `alam.
No comments:
Post a Comment