Hal ini mengingatkan kita kepada Quran Surah Al-Baqarah ayat 30-31, dimana Allah berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ ﴿البقرة: ٣٠﴾
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (2: 30)
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ [٢:٣١]
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"Berdasarkan ayat ini, para malaikat sempat mengkhawatirkan bagaimana Tuhan bisa menitipkan tugas kepada manusia di bumi yang bisa merusak dan membinasakan ? Maka Allah menjawabnya dengan ilmu.
Untuk memperoleh ilmu pengetahuan maka manusia harus menuntutnya dengan belajar. Pelajarilah berbagai ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan umum dan agama. Ilmu umum menuntun kebahagiaan dunia dan ilmu agama menuntun kebahagiaan akhirat. Keduanya mesti ada pada setiap diri manusia. Tidakpun secara mendalam, tetapi dasar-dasar dan pengantarnyapun sudah mencukupi. Kalau mau jadi ahli, maka fokuslah pada salah satu bidang ilmu. Dan Islam sangat membutuhkan ilmuwan dan ulama muslim yang hari-hari ini semakin jauh ketertinggalan dari ummat lain. Padahal dahulu, Islam pernah jaya melalui munculnya ilmuwan dan ulama muslim di masa kejayaan daulah Islamiyah. Diantaranya ada Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Ghazali, Al-Khawarizmi, Bukhari, Muslim, Ibnu Katsir, Ibnu Sina, sampai dengan Buya Hamka. Mungkin saja anak-anak muslim (termasuk saya) kurang hafal dan mengenal ilmuwan dan ulama muslim lainnya. Mungkin sebabnya motivasi hal ini tidak begitu diangkat dalam berbagai forum dakwah.
Bila sejarah Islam itu dibaca kembali secara melotot bahwa kejayaan Islam itu bukan sekadar menang perang, menyebarkan Islam ke segala penjuru dunia, mendirikan negara Islam saja tetapi yang tidak kalah pentingnya dan utama sekali adalah tumbuh dan berkembangnya ilmuwan dan ulama muslim yang dapat dirasakan tertinggal jauh dengan ummat lainnya berkontribusi aktif dalam dunia ilmu pengetahuan dan pendidikan saat ini.Wallahu `alam
No comments:
Post a Comment