Jangan hanya sekadar mampu menilai kesalahan saja tetapi seberapa mampu merubahnya ?

Allah memberi mata, telinga, akal dan hati kepada manusia agar difungsikan sebagaimana mestinya. Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, akal untuk berfikir dan hati untuk meyakini. Dan keempatnya adalah nikmat terbesar yang dianugerahkan Allah kepada manusia sebagai hambaNya dan melaksanakan tugas-tugasnya sebagai khalifah (petugas) bumi.

Kebenaran dan kesalahan itu dapat dilihat, didengar, difikirkan dan diyakini oleh manusia berdasarkan petunjukNya, yaitu Al-Quran. Dan memang yang menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia itu adalah bagi yang meyakininya. Dan bagi yang tidak, kemungkinan hanya mengambil sebahagian manfaatnya.

Kebenaran adalah mutlak dari Allah swt. Karena Dialah yang lebih mengetahui segala apa yang ada di alam semesta. Sebab Dialah yang menciptakannya. Secara logis, Yang menciptakan itulah yang lebih mengetahui daripada yang diciptakan. Dan kebenaran itu mengandung kebaikan dan manfaat bagi makhlukNya.

Sedangkan kesalahan itu adalah mutlak dari makhlukNya sendiri. Karena makhlukNya terbatas pengetahuannya agar adanya proses pembelajaran. Dan dari situ muncullah kewajiban belajar bagi manusia. Hasil dari belajar itu diketahuilah mana yang benar dan mana yang salah. Kebenaran ditegakkan dan kesalahan itu diruntuhkan. Manfaatnya akan kembali kepada manusia itu sendiri.

Persoalannya adalah ketika manusia itu mampu menilai kesalahan lalu bagaimana kemampuannya untuk memperbaiki dan merubahnya ? Apakah hanya sekadar dicela dan dibenci tanpa solusi ?

No comments:

Post a Comment

Hijrah mengingatkan bahwa manusia itu makhluk dinamis dan bukan statis

Manusia adalah makhluk bergerak sebagaimana makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Itu makanya diberi kaki untuk berjalan, berlari dan melompat. Gun...