"Kembali kepada Quran dan Sunnah", mengapa mesti resah ??

Istilah dan seruan "kembali kepada Quran dan Sunnah" acapkali terdengar di ceramah-ceramah, kajian-kajian di berbagai tempat. Terutama di media mainstream seperti youtube, facebook, WA dan seterusnya. Sehingga seruan ini mendapatkan reaksi pro dan kontra.

Bagi yang pro dengan seruan tersebut terdapat dua kelompok, yaitu :
  1. Kelompok yang ingin memahami Islam seperti nabi dan para sahabat nabi. Dan kelompok ini biasanya didominasi oleh masyarakat awam yang ingin hijrah dari kebiasaan "maksiat"nya.
  2. Kelompok yang ingin memahami Islam yang tidak cukup hanya memahami melalui karya-karya ulama tetapi juga merujuk kepada sumbernya yaitu Al-Quran dan Sunnah. Dan kelompok ini kebanyakan dari kalangan akademisi, jenuh dengan doktrin-doktrin tokoh agama, calon Mujaddid dan Ulama khalaf.
Akibatnya kedua kelompok ini tidak sedikit diberi gelar dan firqah yang macam-macam yang mengandung sentimen dan miskin argumen oleh kelompok yang kontra terhadap seruan "kembali kepada Quran dan Sunnah". Dan mereka (yang pro) dianggap lancang dan tidak menghormati ulama-ulama terdahulu. Apalagi tuduhannya terhadap kelompok pro ini tidak ada ilmunya sama sekali.

Sedangkan bagi yang kontra dengan seruan tersebut terdapat juga dua kelompok, yaitu :
  1. Kelompok yang mempertahankan tradisi "taqlid" dan "mazhab" ulama soal pemahaman dan pengamalan agama. Karena bagi mereka pemahaman agama sudah selesai dibahas. Dan tidak ada lagi peluang untuk mengkaji ulang secara kritis terhadap Islam dan ijtihad ulama yang tentunya secara keilmuwan dan kesahihahnnya tidak lagi diragukan. Maka bagi kelompok ini menganggap orang-orang yang "kembali kepada Quran dan Sunnah" telah merusak tradisi menghormati ulama dan dianggap telah lancang lagi tidak sopan. Apalagi orang-orang di zaman sekarang mana ada atau semakin langka memenuhi syarat sebagai mujtahid.
  2. Kelompok ini hampir mirip dengan kelompok yang pertama (yang kontra). Hanya saja kelompok ini sebenarnya tidaklah kontra seratus persen. Mereka mengakui bahwa ijtihad masih terbuka. Apalagi persoalan dan kebutuhan ummat mesti dijawab dan dicarikan solusinya oleh ulama-ulama khalaf. Dan memang agama itu adalah ilmu pengetahuan yang perlu dikritisi pemahamannya melalui diskursus ilmiyah. Tetapi kelompok ini mengingatkan bahwa untuk "kembali kepada Quran dan Sunnah" harus menggunakan ilmu Quran (Ulumul Quran) dan ilmu Hadits (Ulumul Hadits). Tidak serampangan dan hendaknya tidak menghasilkan ijtihad yang menyeleneh lagi menyimpang. Serta tetap menghormati karya-karya ulama terdahulu.
Dengan demikian, seruan "kembali kepada Quran dan Sunnah" tidak perlu resah apalagi direspon secara negatif bahkan mentah-mentah ditolak. Karena setiap zaman ada orangnya dan setiap orang ada zamannya yang mau dan mampu mengkaji agama secara keilmuwan.

Ketahuilah bahwa kemajuan kebudayaan dan peradaban Islam disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan agama oleh orang-orang Islam itu sendiri sehingga menghasilkan ilmuwan dan ulama muslim sebagaimana dalam sejarah hal tersebut telah dibuktikan. Kalau dibandingkan dengan hari ini, hampir semua aspek bahwa Islam dan orangnya kalah bersaing dengan "orang lain". Padahal Islam menyerukan "fastabiqul khayrat" dan "khayra ummah" sebagai motivasi bagi orang Islam itu sendiri.

Maka bersikap bijaksanalah bagi yang "betah" bertaqlid dan bermazhab dan luruskan niat karena Allah bagi yang ingin mengkaji ulang dan mengembangkan keilmuwan keagamaan dengan harapan mendatangkan manfaat bagi ummat dan bukan justru mendatangkan malapetaka bagi ummat dan Islam itu sendiri. Karena sampai kapanpun selama ada kebenaran disitu ada kesalahan. Hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan. Wallaahu a`laam.

No comments:

Post a Comment

Hijrah mengingatkan bahwa manusia itu makhluk dinamis dan bukan statis

Manusia adalah makhluk bergerak sebagaimana makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Itu makanya diberi kaki untuk berjalan, berlari dan melompat. Gun...