Kenapa hati yang dibersihkan, bukan akal ?

Yakin atau ragunya seseorang terhadap kebenaran maka penentunya hati. Memikirkan dan memahami sesuatu merupakan fungsi dari akal. Ketika akal memikirkan dan memahami sesuatu maka penentu paham atau tidaknya adalah hati. Bila terhadap kebenaran maka hati dapat menolak atau menerima setelah akal memikirkannya.

Hati yang menolak kebenaran bukan karena akal yang tidak mampu memikirkannya tetapi hati yang ragu-ragu bahkan tidak percaya sama sekali. Atau dikarenakan akal tidak difungsikan untuk memikirkannya. Begitu juga bila hati menerima kebenaran.

Antara hati dan akal maka yang berpenyakit adalah hati bukan akal. Yang sering didengar adalah akal yang rusak. Itupun kerusakan akal dikarenakan hati yang berpenyakit. Namun yang disebut ketika suatu amalan yang keliru adalah akal-akalan. Padahal amalan itu berangkat dari niat. dan niat itu ada di hati bukan di akal.

Penyakit di hati adalah dengki dan sombong. Dengki disebabkan ketidaksukaan terhadap sesuatu yang tidak pantas dibenci. Seperti ketika orang mendapat nikmat maka hatinya mendengki. Sehingga kedengkiannya itu menyuruh akal memikirkan bagaimana supaya orang tersebut celaka bahkan kalau perlu binasa.

Kesombongan disebabkan merasa memiliki kelebihan  yang tidak dimiliki orang kebanyakan. Apakah itu soal harta, tahta dan ilmu. Sehingga hati menyuruh akal bagaimana orang-orang senantiasa memujinya bahkan kalau perlu memujanya sebagaimana fir`aun dan sejenisnya.

Dengan demikian, pantaslah dalam Islam agar menjaga dan merawat kebersihan hati. Agar hati tidak semena-mena menyuruh akal (memikirkan) dan anggota tubuh lainnya seperti lisan (ucapan), mata (memandang), telinga (mendengar), tangan (berbuat) dan kaki (berjalan) kepada hal-hal kedurhakaan dan kemaksiatan. Itu makanya nabi pernah bilang dalam sebuah hadits yang maknanya "Di dalam tubuh manusia ada segumpal darah yang bila bagus maka baguslah semuanya dan bila rusak maka rusaklah semuanya. Dan segumpal darah itu adalah hati."

Maka alasan mengapa hati yang dibersihkan dan bukan akal adalah hati yang bersih (qolbun salim) menentukan manusia senantiasa berbuat kebaikan dan hati yang berpenyakit menentukan manusia senantiasa berbuat keburukan. Oleh karena itu jagalah hati supaya tidak lari (dari kebenaran). Wallaahu a`lam.

No comments:

Post a Comment

Hijrah mengingatkan bahwa manusia itu makhluk dinamis dan bukan statis

Manusia adalah makhluk bergerak sebagaimana makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Itu makanya diberi kaki untuk berjalan, berlari dan melompat. Gun...