Prinsip Tauhid ada di dalam Surah ini

Bertauhid memang tugas dakwah utama bagi setiap nabi dan dan rasul yang kemudian diteruskan oleh para dai/muballigh untuk diingatkan dan disampaikan kepada ummat manusia. Karena dengan bertauhid manfaatnya menyehatkan akal dan membersihkan jiwa.

Menyehatkan akal dari soal-soal ketuhanan yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin menuhankan suatu berhala sedangkan ia diciptakan oleh manusia lagi tidak mendatangkan manfaat dan mudharat. Dengan menuhankan Allah semata, jelas-jelas masuk akal karena Dia menciptakan dan tidak diciptakan. Soal tidak tampak oleh manusia dengan mata telanjang membedakan antara Dia dengan lainnya. Malaikat dan Jin tidak tampak oleh manusia karena beda alam dan bahan dasar ciptaan. Bila manusia diciptakan dari tanah, maka malaikat diciptakan dari cahaya dan Jin diciptakan dari api. Tidak terbayang bila keduanya ditampakkan Allah maka bagaimana bumi ini jadinya. Terang benderang (siang terus) dan kobaran apipun ada dimana-mana. Logis bukan.

Membersihkan jiwa dari soal-soal musibah dan kenikmatan. Bertauhid menjadikan musibah sebagai cobaan dan ujian iman dan begitu juga dengan kenikmatan agar tidak lupa diri. Bagi yang tidak bertauhid maka jiwanya menjadi terganggu ketika menghadapi musibah dan jiwanya lalai ketika mendapat kenikmatan. Makanya bertauhid sangat penting dalam kehidupan manusia agar sehat akalnya dan bersih jiwanya.

Oleh karena itu banyak orang yang ingin belajar tauhid. Namun sangat disayangkan belajarnya bukan dari sumbernya langsung yaitu Al-Quran dan AsSunnah. Tetapi merujuk kepada kitab-kitab yang tentunya banyak versi pembahasannya. Meskipun ayat-ayat dan hadits-hadits dinukilkan (dikuti) dalam kitab-kitab Tauhid tersebut.

Tidak salah memang belajar tauhid dari kitab-kitab ulama bagi yang awwam. Tetapi semestinya urutan belajarnya dari Al-Quran dan AsSunnah kemudian kitab-kitab ulama sebagaimana para ulama kitab tersebut ketika akan berkarya mereka mendahului Al-Quran dan AsSunnah yang merupakan sumber ilmu pengetahuan umum dan agama. Ini berlaku juga dengan masyarakat awwam. Karena Al-Quran dan AsSunnah diturunkan untuk manusia bukan untuk ulama. hehe

Memang untuk mengambil rujukan Al-Quran dan AsSunnah mesti ada ilmu alatnya yang disebut dengan ulumul Quran dan ulumul Hadits. Mestinya para ulama dan tokoh agama juga mengenalkan kedua ilmu itu agar agama ini tidak dimonopoli oleh sekolompok orang saja. Apalagi bermunculan mazhab-mazhab dan firqah-firqah. Sepanjang tidak memecah tidak ada soal. Tetapi bila mengarah perpecahan lalu siapa yang bertanggung jawab ?

Adapun prinsip Tauhid itu yang sebenarnya tidak perlu tafsir karena ayat-ayatnya muhkamah (jelas dan terang) ada di dalam Quran Surah Al-Ikhlas. Disana disebutkan bahwa Allah itu Maha Esa (tidak berbilang wujudnya tetapi nama dan sifatnya yang berbilang agar hambaNya tidak lagi menyebut-nyebut nama-nama sembahan lainnya).

Kemudian Allah segala permohonan. Artinya sesulit apapun dan sesusah apapun yang dihadapi maka mohon pertolongan kepada Allah dan bukan kepada yang lain agar diberi jalan keluar. Berbeda dengan keyakinan yang lain bila kesusahan maka cari alternatif lain. Bagi Islam tidak demikian.

Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan. Artinya Allah menciptakan dan tidak diciptakan. Bila beranak dan diperanakkan maka bukanlah Tuhan tapi Hantu. Karena hantu itu diciptakan dan beranak pulak. Ada kuntilanak, gundoruwo dan seterusnya.

Tidak ada yang menyerupainya. Artinya Allah tidak dapat diserupakan oleh makhlukNya. Hanya Dia yang tau bagaimana diriNya. Di dalam ayat-ayatNya dijelaskan tanda-tanda kebesaranNya. Dan kebesaranNya tidak identik dengan wujud yang dibayangkan manusia. Sederhananya, Allah tidak serupa yang diberhalakan. Walaahu a`lam bissowab

No comments:

Post a Comment

Hijrah mengingatkan bahwa manusia itu makhluk dinamis dan bukan statis

Manusia adalah makhluk bergerak sebagaimana makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Itu makanya diberi kaki untuk berjalan, berlari dan melompat. Gun...