Islam mengenalkan TUHAN kepada ummatnya dalam konteks Aqidah. Dan inti berTUHAN itu adalah Tauhid. Yaitu meyakini bahwa Tuhan itu adalah Allah yang Maha Esa. Berdoa hanya kepadaNya. Tidak beranak dan diperanakkan. Dan tidak ada sesuatupun menyerupaiNya. Hal ini berdasarkan Quran Surah Al-Ikhlas ayat 1-4.
Soal wujud, Islam mengenalkan TUHAN melalui tanda-tanda adanya Allah. Dia tidak dapat dilihat oleh kedua mata manusia secara langsung. Hal ini pernah dialami oleh nabi Musa as. ketika beliau ingin melihat Allah sebagaimana firmanNya :
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (Al-A'raaf: 143)
Dari ayat ini sangat terang bahwa Nabi Musa as. ingin sekali melihat TUHANnya tetapi tidak sanggup dan pingsan. Artinya, bukan manusia melihat TUHAN tetapi TUHAN lah melihat apa yang dikerjakan hamba-hambaNya. Sebagaimana firmanNya :
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Hadiid: 4)
Soal manusia tidak melihat TUHANnya selain kisah nabi Musa as. yang berusaha melihat TUHAN secara langsung tetapi bisa berbicara kepadaNya, memang ada dijelaskan di dalam firmanNya :
(yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat. (Al-Anbiyaa': 49)
Jadi, bagi orang Islam bahwa TUHAN tidak bisa dan tidak mampu dilihat secara langsung sebagaimana agama lain yang mengajarkan ummatnya bahwa TUHAN bisa dilihat melalui sesembahan mereka seperti kayu, patung, api dan seterusnya. Sedangkan Allah swt. hanya bisa dilihat melalui tanda-tanda keberadaan dan kebesaranNya berupa ciptaanNya, kehendakNya dan kuasaNya. Hikmahnya adalah :
- Soal melihat TUHAN bukanlah urusan manusia. Tetapi TUHAN lah yang melihat apa yang dikerjakan manusia.
- Menyelisihi sesembahan agama lain yang mewujudkan tuhannya melalui benda-benda ciptaan mereka. Yang tidak mendatangkan manfaat apalagi kemudharatan.
- Ujian keyakinan bagi manusia apakah beriman atau tidak adanya Allah swt. meskipun tidak nampak langsung secara indera penglihatan tetapi bisa disaksikan melalui ayat-ayatNya (tanda-tanda keberadaan dan kebesaranNya) yang ada di langit dan bumi secara tersurat dan tersirat.
- Menyelamatkan akal untuk memikirkan wujud TUHAN dan menyelamatkan hati dari meyakini adanya TUHAN selain ALLAH.
- Tugas manusia hanyalah mentaati perintahNya dan meninggalkan laranganNya sebagai bentuk kasih sayang Allah tanpa harus repot-repot melihatNya.
Sangat lazim dan alami bahwa manusia itu ingin sekali melihat TUHANnya. Karena sebagai yang diciptakan pastilah ingin mengetahui dan mengenal siapa yang menciptakannya. Seorang anak saja ketika ia lahir dan tidak melihat orangtuanya maka ingin sekali mengetahui dimana orangtuanya. Ini alami dan keniscayaan yang pasti dialami oleh setiap manusia secara spritual. Nabi Ibrahim as. pun pernah mengalami dan mempersoalka dimana TUHAN.
Oleh karena itu, jawaban yang diberikan Allah kepada manusia adalah sebagaimana firmanNya :
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Al-Baqarah: 186)
Kedekatan TUHAN bagi manusia tidak ada batas dan jarak. Dia tidak perlu diwujudkan melalui sesuatu sebagaimana yang dilakukan oleh agama lainnya. Sepertinya Allah hendak mengatakan untuk apa manusia membuat sesuatu untuk disembah sementara sesembahannya dibuat manusia dan sesembahan itu tidak bisa menciptakan apa yang Allah ciptakan. Walaahu a`lam bissowab
No comments:
Post a Comment