Ketika eksistensi TUHAN "terlihat" hanya pada soal musibah

Dipercaya atau tidak bahwa alam ini tidak tercipta dengan sendirinya. Pasti ada yang menciptakannya. Dan yang menciptakannya adalah yang memiliki kuasa dan kekuatan besar. Dan yang memiliki kuasa dan kekuatan besar itu adalah Tuhan. Bagi orang Islam bahwa Tuhan yang dimaksud adalah Allah yang Maha Esa. Dia ada tapi tidak berwujud seperti ciptaanNya.

Adanya kenikmatan dan musibah bagi manusia bagian dari kehidupannya. Karena tanpa diminta keduanya itu selalu hadir mengiringi selama dirinya hidup. Bila yang dirasakan senang, puas dan bahagia maka manusia menganggapnya sebagai kenikmatan. Dan bila yang dirasakan tidak menyenangkan, kurang memuaskan dan kesedihan maka manusia menganggapnya sebagai musibah.

Soal Tuhan, memang manusia merasa kehadirannya disaat musibah datang. Dan bila musibah berlalu maka tidak sedikit manusia "melupakan"Nya. Kenapa bisa begitu ?

Dalam diri manusia, ada kekuatan lagi kelemahan. Tidak bagi Tuhan. Dia Maha memiliki kekuatan dan tidak ada kelemahan bagiNya. Itulah yang membedakan diriNya dengan yang diciptakanNya. Ibarat kursi dengan sipembuatnya. Tentu secara fisik maupun kekuatan tentunya berbeda. Begitupun si kursi tidak bisa dikatakan bahwa dirinya anak si pembuat kursi. Ketika si kursi rusak dan patah maka dia akan membutuhkan perbaikan oleh si pembuatnya. Ketika sudah baik, si kursi mungkin saja tidak membutuhkan si pembuatnya.

Bagi orang yang bertakwa bahwa kenikmatan dan musibah itu sama saja cara menghadapinya. Yang berbeda hanya perasaannya. Dan itu alami. Tetapi tentu perasaan yang tidak berlebihan. Bila nikmat bersyukur dan bila susah bersabar. Hanya itu saja yang bisa dilakukan oleh orang yang bertakwa. Berbeda dengan orang yang di luarnya. Bila nikmat kegirangan dan bisa susah berkeluh kesah.

Soal musibah, seolah-olah Tuhan hadir disitu maka berdoalah ia sesering mungkin sampai pertolonganNya tiba. Namun apa yang terjadi bila musibah itu berlalu ? Sudah tentu kebanyakan manusia itu melupakan kesusahannya dan Tuhan yang menenangkannya. Makanya dengan "jengkelnya" Tuhan bilang bahwa "manusia itu selalu melampaui batas".

Ketahuilah, bahwa Tuhan hadir di setiap saat. Dia tidak pernah mengantuk apalagi tidur sebagai makhlukNya. Dia terus menerus mengurus dan mengatur alam semesta ini dengan kuasaNya.

Pada dasarnya kenikmatan itu datangnya dari Tuhan dan musibah itu akibat dari manusia itu sendiri. Bukan Tuhan "cuci tangan" tetapi dibuatkan aturan dan hukum-hukumNya agar manusia itu senantiasa dalam kenikmatan. Namun karena manusia itu ada sifat kufur akibatnya kembali kepada manusia itu sendiri.

Begitupun di balik musibah sebenarnya ada kenikmatan dan hikmah-hikmah di dalamnya. Diantaranya adalah agar manusia itu sadar dan kembali kepada Tuhannya yang mungkin selama ini dilupakan dan dianggap "tidak ada".

Jadi, bersikap ihsan dalam suka dan duka. Yakinlah bahwa Tuhan bukan spesialis menangani "kesusahan" makhlukNya. Maka pantaslah manusia itu beribadah dengan rela hati dan tanpa paksaan. Diminta atau tidak diminta. Persoalannya adalah bagaimana pula dengan orang yang ketika senang tidak peduli terhadap Tuhannya apalagi disaat susah, tidak membutuhkanNya. Penulis berkeyakinan pasti tidak ada manusia yang demikian kecuali menipu dirinya sendiri. Wallaahu a`lam bissowaab.

No comments:

Post a Comment

Hijrah mengingatkan bahwa manusia itu makhluk dinamis dan bukan statis

Manusia adalah makhluk bergerak sebagaimana makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Itu makanya diberi kaki untuk berjalan, berlari dan melompat. Gun...