Dimanakah "orang lain", ketika nabi dan sahabat menghadapi kafir Quraisy dalam peperangan ?

Bila kita membaca sejarah Islam, perang di masa nabi saw. terjadi setelah hijrah ke yatsrib dan membangun kota yang bernama Madinah setelah adanya piagam Madinah. Disitu nabi bersama ummat Islam dan ada beberapa agama lainnya, seperti Yahudi, Nashrani, Majusi dan lain-lain. Sehingga tercipta toleransi antar ummat beragama. Dan dari disitu nabi sebagai pemimpin negara selain pemimpin ummat (tugasnya sebagai rasul).

Yang menarik, nabi bisa menjadi pemimpin negara di tengah-tengah masyarakat majemuk. Padahal disitu ada orang Yahudi dan Nasharani yang notabene "tidak suka" kehadiran nabi dikarenakan rasul terakhir bukan dari golongan mereka. Pernyataan ini banyak disebutkan di dalam Al Quran.
Boleh jadi karena usulan Piagam Madinah itu atas inisiator nabi sendiri sehingga dipercaya sebagai penanggung jawab yang otomatis sebagai pemimpin negara Madinah. Dan mungkin saja penamaan "negara Madinah" lebih bisa diterima daripada "negara Islam". Alasannya selain bisa diterima, juga Islam itu bukan sekadar merk tetapi seharusnya berisi nilai dan melekat pada setiap sendi kehidupan. Maka sangat janggal bila ada negara syar'i (Islam) dan negara bukan syar'i. Bahkan resikonya lebih besar.

Tidak sedikit penulis melihat bahwa ketika ada negara mengaku "Islam" tetapi malah jauh dari substansinya. Bahkan menariknya tidak sedikit negara yg bukan  "Islam" malah kelihatan Islami. Mungkin letak perbedaannya adalah "gagal melihat" bagaimana nabi saw membangun negara/kota Madinah di tengah kemajemukan dan kesan Islamnya terasa kental ketika itu.

Kembali ke topik semula pada soal Dimanakah "orang lain", ketika nabi & sahabat menghadapi kafir Quraisy dalam peperangan ?

Yang penulis ketahui bahwa awal perang terjadi setelah "pengkhianatan" orang kafir quraisy dalam perjanjian Hudaibiyah. Yaitu perjanjian Masyarakat Madinah khususnya ummat Islam dengan masyarakat Mekkah. Sehingga menjadi asbab nuzul surah At Taubah.

"Upaya "pihak ketiga" mengambil keuntungan ketika ummat ini berkonflik"

Latar belakang perjanjian ini agar nabi dan pengikutnya bisa menunaikan ibadah haji di Makkah yang sebelumnya diboikot oleh orang kafir Quraisy dan menjadi sebab terjadinya hijrah dari Makkah ke Madinah atas perintah Tuhan.

Dan "pengkhianatan" orang kafir quraisy kabarnya atas hasutan pihak ketiga. Yang jelas adalah pihak yang tidak menyukai perjanjian tersebut. Sehingga terjadilah perang pertama, yaitu perang badar. Karena terjadinya di sekitaran bukit badar. Dan akhirnya kemenangan diraih oleh orang Islam. Dan dilanjutkan pada peperangan berikutnya sampai dengan terjadinya Fathu Makkah, dimana ummat Islam menang mutlak dan banyak berbondong-bondong orang kafir Quraisy masuk Islam. Peristiwa ini sebagai asbab nuzul Surah An-Nashr. Sekaligus jelang wafatnya nabi saw .

Maka tidak benar bila ada yang mengatakan bahwa nabi saw menyebarkan Islam dengan cara perang dan begitu pula dengan para sahabat. Padahal Islam itu agama damai. Bagaimana mungkin dengan cara perang dalam penyebarannya ? Meskipun perang akhirnya dikarenakan tidak ada kata sepakat atau adanya pelanggaran perjanjian/kesepakatan.

Dengan demikian, menurut penulis bahwa selama peperangan terjadi yang terlibat adalah pasukan ummat Islam dengan orang kafir Quraisy. Sedangkan "orang lain" hanya menyaksikan atau menonton perang. Dan boleh jadi mengambil "keuntungan" dari peperangan itu. Begitu pula peperangan yang dialami di masa khulafaurrosyidin dan era kerajaan Islam (Umayyah, Abbasiyah dan seterusnya).

Sayangnya, perihal "orang di luar Islam atau pihak ketiga" tidak begitu detil keterangannya di dalam buku-buku sejarah Islam. Barangkali alasannya masuk akal agar tidak terjadi "tuduhan" yang dapat memicu konfik baru.

Artikel ini diakhiri dengan mengambil ibrah bahwa diakui atau tidak, adanya upaya "pihak ketiga" mengambil keuntungan ketika ummat ini berkonflik. Betullah bahwa "pihak ketiga" itu biasanya setan yang menimbulkan permusuhan. Lihat saja bagaimana pertikaian yang dialami kedua anak Nabi Adam as. (Habil dan Qabil) merupakan hasutan dari setan. Begitupula orang tuanya (nabi Adam as. dan istrinya) juga dihasut oleh setan.

Semestinya ummat segera menyadari ini. Padahal di dalam Al Quran tidak sedikit larangan "Jangan berpecah belah" dan utamakan ukhuwah (persatuan). Dan jangan "gagal baca sejarah" yang hari-hari ini kebanyakan ummat ini "tidak mau" dan "mengabaikan" sejarahnya sebagai orang Islam. Wallaahu a'lam.

No comments:

Post a Comment

Hijrah mengingatkan bahwa manusia itu makhluk dinamis dan bukan statis

Manusia adalah makhluk bergerak sebagaimana makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Itu makanya diberi kaki untuk berjalan, berlari dan melompat. Gun...