"Dari situ jelas kelihatan bahwa sumber malapetaka dan kejahatan manusia itu bukan soal Harta, Tahta dan Wanita. Tetapi soal "syahwat" atau keinginan atau ambisi yang disulut oleh yang namanya SYAITAN untuk memperoleh semua itu."
Sebagai orang Islam, bila ditelaah lebih dalam bahwa kejahatan itu terjadi dikarenakan berakhlak buruk. Seperti zalim misalnya. Kemudian Tuhan mengharamkan beberapa makanan seperti ANJING dan BABI, DARAH dan seterusnya 5:3Lalu, Tuhan menyerukan kepada manusia dan terkhusus kepada orang beriman supaya memakan makanan yang halal dan sehat (halalan thoyyiban) 5:88/2:172/2:168 dst.
Dari situ jelas kelihatan bahwa sumber malapetaka dan kejahatan manusia itu bukan soal Harta, Tahta dan Wanita. Tetapi soal "syahwat" atau keinginan atau ambisi yang disulut oleh yang namanya syaitan untuk memperoleh semua itu.
Karena harta itu alat untuk beramal shaleh. Begitupula dengan tahta dan wanita. Jadi harta, tahta dan wanita itu merupakan objek korban dari subjek (manusia) dan prediket (aktivitas pelaku). Maka Tuhan lebih menitikberatkan kepada soal manusia dan cara memperolehnya. Sedangkan objek yang diperoleh ada ciri-ciri yang diharamkan dan dihalalkan.
Babi dan Anjing bisa jadi halal apabila tidak dimakan dan dijadikan penjaga dan pembersih lingkungan. Begitupula Lembu bisa jadi haram bila memperolehnya dengan cara mencuri, menyembelih tidak atas nama Tuhan dan memakannya pun tidak membaca bismillah.
Maka kata-kata HARTA, TAHTA dan WANITA hari-hari ini "dikorbankan dan dibunuh" oleh orang-orangan yang barangkali maksudnya baik tetapi cara menyikapinya keliru. Akibatnya tidak sedikit orang tidak berminat dan berusaha menjauh dari "3 Ta" dan memunculkan sifat MALAS dan APATIS. Akibatnya ummat ini "kalah saing" dengan "orang lain" dalam urusan dunia yang mana dunia itu ladang amal dan memanennya di akhirat kelak. Dan sarana/alat amal itu melalui Harta (bersedekah), Tahta (berdakwah), Wanita (Pernikahan).
No comments:
Post a Comment