Yang mesti dipahami bagi Generasi Muslim

Tuhan menciptakan manusia dari jenis laki-laki dan perempuan, bersuku-suku, berbangsa-bangsa, dan berpasang-pasangan. 49:13

Bila ada yang mengaku antara jenis laki-laki dan perempuan maka itu tandanya yang bersangkutan memiliki kelainan jiwa. Bukan kelainan jenis. Dan itu bukan buatan Tuhan, tetapi perbuatannya sendiri. Meskipun ada anggapan sebahagian orang bahwa itu adalah takdir Tuhan. Boleh saja anggapannya itu diterima tetapi tetap saja keliru. Dan mesti diselamatkan jiwanya selama itu bisa.

Begitulah kebanyakan manusia, ketika soal ini terjadi lalu dikaitkan dengan takdir Tuhan. Seakan-akan yang bersangkutan menerimanya dengan "ikhlas" padahal sebenarnya tidak.

Soal takdir, memang Tuhan memiliki dua takdir. Yaitu Takdir baik dan takdir buruk. Hal ini berdasarkan dalil dalam hadits Nabi saw. Dari Umar bin Khattab berkata:

“Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat rasululah S.A.W. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha nabi,

Kemudian ia berkata: “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah S.A.W menjawab, ”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata, ”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.”
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab, ”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi S.A.W menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi: “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?” Nabi menjawab, ”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!” Nabi menjawab, ”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga nabi bertanya kepadaku: “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, ”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Dia bersabda, ”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.”

— HR. Muslim no.8

Di dalam Al-Quran, Allah berfirman;
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (An-Nisaa': 79)

Meskipun disitu kata "nikmat" bila diluaskan maknanya maka ianya dapat disebut "takdir". Bila takdir baik itu nikmat, bila takdir buruk itu adalah musibah.

"Memang manusia itu ada sifat saling mencintai dan membenci. Dua sifat ini mesti sesuai dengan aturan pakai. Bila tidak, maka yang terjadi over dosis dan offside."


Dengan demikian, soal jenis kelamin itu sudah jelas bahwa Tuhan telah menetapkan dua jenis kelamin. Yaitu lelaki dan perempuan. Sebagaimana kita ketahui pada manusia awal, yaitu Nabi Adam as. dan istrinya.

Kemudian yang ingin penulis sampaikan berkaitan dengan yang mesti dipahami oleh Generasi muslim soal pasang-pasangan bahwa Islam hanya mengenal yang namanya pernikahan. Artinya hubungan berlainan jenis hanya bisa dibenarkan lewat pernikahan. Kalaupun ada hubungan hanya sebatas pertemanan. Itupun ada batas dan jaraknya. Dengan tegas bahwa Islam tidak mengenal dan membenarkan pacaran, bahkan tunangan.

"Bagi para wanita semestinya menjaga dan tau diri bahwa ia adalah makhluk Tuhan yang mesti dilindungi dari "tangan-tangan" kotor yang berusaha "menjamahnya". Mesti ridho ketika orang tua "mengekang" pergaulan dari para lelaki di luar batas."

Memang manusia itu ada sifat saling mencintai dan membenci. Dua sifat ini mesti sesuai dengan aturan pakai. Bila tidak, maka yang terjadi over dosis dan offside.

Dan yang mesti dipahami terutama oleh para wanita bahwa Islam hadir menyelamatkan harkat dan martabat wanita. Yang mana ketika sebelum Islam (masa jahiliyah) bahwa anak perempuan itu dibunuh karena merupakan aib orang tua dan dianggap tidak punya peran sebagaimana lelaki ketika itu.

Maka tidak terbayang bila Tuhan mentakdirkan Islam tidak turun 1400-an tahun yang lalu maka boleh jadi dunia ini sudah kiamat. Karena keturunan anak cucu adam berhenti disebabkan tidak ada yang lahir dari rahim wanita yang telah dibunuh ketika itu.

Akhirnya, baik bagi laki-laki dan perempuan bahwa hendaknya wajib memahami bagaimana batasan dalam pergaulan menurut agama yang bertujuan untuk menjaga harkat martabat wanita dan menjaga keturunan. Poinnya adalah ;

  1. Hendaknya laki-laki menahan diri untuk tidak "mendekati" perempuan yang bukan mahramnya sampai yang bersangkutan sudah mampu dan punya nyali untuk menikahi perempuan.
  2. Bagi para wanita semestinya menjaga dan tau diri bahwa ia adalah makhluk Tuhan yang mesti dilindungi dari "tangan-tangan" kotor yang berusaha "menjamahnya". Mesti ridho ketika orang tua "mengekang" pergaulan dari para lelaki di luar batas.
  3. Ada saling pengertian dan menghormati dari kedua belah pihak bahwa masa depan ummat manusia di tangan mereka berdua. Bila norma agama dipegang teguh maka ada jaminan kelansungan hidup. Sehingga peluang "zina" tidak mampu masuk dalam kehidupan mereka berdua.
  4. Jangan campur baurkan antara kebiasaan masyarakat "barat" yang melegalkan pergaulan bebas.  Seperti perkawinan sejenis dan tidak biasa. Sementara agama secara tegas membatasi pergaulan itu sampai waktunya mereka berhubungan melalui pernikahan yang sah.
  5. Buat prestasi yang membanggakan diri dan orang tua. Seperti prestasi belajar, prestasi keahlian dan bakat. Karena hidup ini adalah perlombaan. Percintaan itu sesaat, prestasi itu akibatnya baik dan menguntungkan diri, keluarga dan bangsa serta agama
Yang mesti dicamkan adalah Islam menyelamatkan manusia dari "kehewanan" bukan "mengkebiri" manusia. Bila ada yang merasa "dikebiri" kebebasannya maka boleh jadi yang bersangkutan sedang lupa akan fitrahnya sebagai manusia yang dasarnya tidak mau menodai dan dinodai apalagi ternoda. Semoga bermanfaat. Wallaahu `alam.

No comments:

Post a Comment

Hijrah mengingatkan bahwa manusia itu makhluk dinamis dan bukan statis

Manusia adalah makhluk bergerak sebagaimana makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Itu makanya diberi kaki untuk berjalan, berlari dan melompat. Gun...